Panggung Melayu Serantau Hipnotis Ratusan Penonton
Jika pertunjukan seni tari tradisional selama ini kerap dianggap tak menarik untuk ditonton lantaran membosankan, mungkin hal ini tak sepenuhnya benar. Buktinya, gurat-gurat wajah yang mengindikasikan rasa bosan itu tak terlihat di rupa ratusan penonton Panggung Melayu Serantau yang digelar di Teater Luwes, Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (9/4) malam.
Ratusan penonton yang terdiri dari berbagai golongan usia tampak terhipnotis saat menikmati pagelaran seni ini. Pagelaran ini disuguhkan hasil kerja sama FSP IKJ dan PT HM Sampoerna TBK yang menampilkan secara berurutan dimulai Tari Sembah Makan Sirih, Tari Mak Inang Pulau Kampai, Tari Serampang Dua Belas, Alunan Musik dan Dendang Melayu, Zapin Dana Bedana, Berbalas Pantun dan Tari Tanjung Katung Joget Lambak serta Ronggeng. Bahkan sejumlah penonton turut melantai, menari bersama para penari dengan riangnya. Alhasil tempat duduk penonton yang gelap terasa hidup dan semarak oleh riuh rendah tawa riang dan tepuk tangan. Alunan alat musik khas Melayu seperti Accordion, Gambus ditambah gendang dan biola yang dimainkan oleh 8 pemusik dan 2 vokal, kian menghanyutkan mereka yang hadir seolah ke zaman Kesultanan Melayu Tanah Air Berpuluh tahun silam.
Belum lagi lontaran berbalas pantun yang menghiasi pagelaran itu membuat penonton tak ingin tak mendengarnya. Di sisi lain, 22 orang penari yang terdiri dari 8 penari pria dan 14 penari wanita bersama Tom Ibnur, sang koreografer , secara apik memperagakan setiap gerak tubuh dan menampilkan mimik wajah yang khas. Perpaduan gerakan yang diperagakan oleh Tom dan anak didiknya itu nyaris tanpa cela.
Sesekali Tom juga mendeskripsikan apa yang terkandung di balik tari yang ditampilkanya. Seperti pada Tari Sembah Sirih yang dimainkan oleh 10 penari dengan diiringi 10 pemusik dan vokal. Tari ini merupakan kearifan Melayu yang mengajarkan agar berpikiran benar kepada saudara kita. “Kita juga merasakan kelembutan sirih dan tidak ada hidup yang selalu lembut,” ungkap Tom di hadapan penonton.
Begitu seterusnya dilanjutkan dengan Tari Mainang Pulau Kampai dan Serampang Dua Belas. Suasana kian hangat saat vokal Herman mendendangkan lagu Selayang Pandang yang cukup akrab di telinga masyarakat. Selanjutnya, Zapin Dana Bedana yang dipaparkan Tom terpengaruh budaya Arab Islam ditampilkan.
Dalam kesempatan itu Koreografer kelahiran Padang, Sumatera Barat ini juga menampilkan kreasinya yaitu Ronggeng Melayu. Ia ingin menepis anggapan Ronggeng yang selalu diidentikan negatif. Tom juga menyebutkan bahwa dirinya sejak lama menggiatkan kesenian Tari Melayu karena kawatir tergerus zaman. “Ini harus dilestarikan tapi sayangnya di Tanah Melayu sendiri tak berkembang dengan baik,” ujarnya dengan nada penuh sesal.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budhiman, yang hadir dalam acara tersebut, memberikan bunga penghargaan pada para penari. Ia juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya pada IKJ yang telah mengangkat kembali Tari Melayu ke muka publik.
“Melihat ini, saya bagai nostalgia semasa kecil dahulu. Karena 40 tahun lalu Tari Melayu sering muncul di layar kaca, sehingga saya bangga dan memberikan apresiasi kepada IKJ yang mau menampilkan kembali kebudayaan Melayu melalui tarinya,” ucap Arie.
Arie mengatakan, DKI Jakarta sebagai ibukota negara, memang berkepentingan mengembangkan semua kebudayaan yang ada di tanah air. Sehingga tidak hanya seni dari Betawi saja yang harus dikembangkan. Akan tetapi, semua budaya juga layak termasuk budaya Melayu sebagai salah satu komunitas terbesar di tanah air.
Untuk itu Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan akan terus menerus meningkatkan perhatiannya guna mengembangkan semua budaya dan kesenian yang ada di tanah air. Karena, seni budaya ini mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia pariwisata di tanah air. Sehingga adanya kekawatiran suatu budaya dan kesenian di Indonesia akan punah, tidak akan terjadi.
Communication Development National Coordinator PT HM Sampoerna TBK, Arief Triastika, mengaku sangat tertarik untuk bekerja sama dengan FSP IKJ menggelar pagelaran seni ini. Sebab selama ini Kesenian Melayu belum banyak terangkat ke permukaan. “Kami tertarik karena belum banyak terekspos sehingga mengenalkan juga kepada publik tentang Tari Tarian Melayu, dan juga konsep pagelaran yang ada membuat mahasiswa yang terlibat di dalamya menjadi aktif,” pungkas Arief.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar